Jakarta-. Ada 15 ayat sajdah dalam Al Quran yang disepakati para ulama sesuai hadits Nabi Muhammad SAW. Berikut hadits yang diceritakan Amr bin Ash, salah satu sahabat Rasulullah SAW, عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ أَقْرَأَهُ Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. kita sebagai manusia sebagai hamba Allah,seharusnya menjadikan perjumpaan Allah menjadi tujuan utama dalam ibadah dan dzikir kita dan amal shaleh kita. karena kita pasti akan berjumpa denganNya kelak diakhirat dihari kiamat dan disyurga kelak. Perjumpaan dengan Allah hendaklah menjadi motivasi beramal shaleh dan beriman kepada Allah.... kita selama ini di dunia, beribadah menghadap wajah Allah, tapi tak bisa melihat wajah Allah tapi di akhirat kita bisa melihatNya.... hendaknya itu yang memotivasi kita ibadah supaya bisa melihat wajah Allah di akhirat... Di dalam Surat Al Kahfi 18 ayat yang ke-110 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman "Barangsiapa yang mengangankan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia mengerjakan amal sholih dan janganlah menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya."Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu Tuhannya Al Qiyamah 22-23. Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Al Ankabut 5 Lihat Humaniora Selengkapnya Hadistentang cinta kepada Allah, Rasul dan manusia perlu dipahami Muslim agar tercipta harmonisasi dalam hidup. Cinta merupakan anugerah dari Allah. Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat di atas yakni kalian akan memperoleh balasan yang lebih daripada apa yang dianjurkan kepada kalian agar kalian mencintai-Nya, yaitu Dia mencintai kalian.

5 Amalan untuk Memupuk Rindu kepada AllahPertama Mentafakuri tanda-tanda kebesaran Allah berupa alam Meyakini dan mencintai semua syariat yang datang dari Membaca, mentadaburi, mempelajari makna dan mengamalkan Al-QuranKeempat Memperbanyak zikirKelima Memperbanyak amal Saleh Materi Khutbah Jumat Memupuk Rindu Berjumpa dengan Allah di Bulan Sya’ban Oleh Abdul Halim Tri Hantoro * Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan الْحَمْدُ لله الَّذِي خَصَّ شَعْبَانَ بِتَشَعُّبِ الْخَيْرَاتِ وَالْإِحْسَانِ، وَعَظَمَ حُرْمَتَهُ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ بِلَيْلَةِ نِصْفِهِ الْعَظِيْمَةِ الشَّأْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا فَإنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala yang telah menetapkan untuk hamba-Nya bulan Sya’ban agar senantiasa melakukan ketaatan sebagai wasilah meraih perjumpaan dengan Ar-Rahman. Segala sesuatu yang ada di langit dan bumi menyucikan dan memuji-Nya. Dia berfirman, تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهٖ وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا “ Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.” QS. Al-Isra’ 44 Shalawat dan salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. keluarga dan para sahabatnya. Semoga keselamatan juga Allah curahkan untuk umatnya yang selalu berpegang teguh kepada ajarannya. Kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa, dalam arti kita selalu tunduk dan patuh terhadap segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” QS. Ali Imran 102 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Kenikmatan dunia yang paling besar dirasakan oleh orang beriman dan menjadikannya tenteram adalah nikmat kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan kenikmatan akhirat yang paling agung dan paling tinggi adalah melihat wajah Allah subhanahu wata’ala dengan jelas tanpa adanya penghalang selayak melihat rembulan di malam purnama. Maka di antara doa Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah, وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لاَ يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ المَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَأَسْأَلَكَ الشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غيرِ ضَرَّاءٍ مُضِّرَةٍ، وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ “Aku mohon kepada-Mu agar diberi nikmat yang tidak habis dan aku minta kepada-Mu, agar diberi penyejuk mata yang tak putus. Aku mohon kepada-Mu agar aku dapat rela setelah qadha-Mu turun pada kehidupanku. Aku mohon kepada-Mu kehidupan yang menyenangkan setelah aku meninggal dunia. Aku mohon kepada-Mu kenikmatan memandang wajah-Mu di Surga, rindu bertemu dengan-Mu tanpa penderitaan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keimanan dan jadikanlah kami sebagai penunjuk jalan lurus yang memperoleh bimbingan dari-Mu.” HR. An-Nasa’i No. 1305. Hadits ini shahih Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Kerinduan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk berjumpa dengan Allah tampak dengan jelas dalam perjalanan hidupnya, baik dalam ibadah maupun aktivitas dakwahnya. Kerinduan beliau semakin memuncak di saat akhir kehidupannya. Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam duduk di atas mimbar seraya bersabda, إِنَّ عَبْدًا خَيَّرَهُ اللَّهُ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا مَا شَاءَ وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَهُ”. فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ وَقَالَ فَدَيْنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا! فَعَجِبْنَا لَهُ، وَقَالَ النَّاسُ انْظُرُوا إِلَى هَذَا الشَّيْخِ؛ يُخْبِرُ رَسُولُ اللَّهِ r عَنْ عَبْدٍ خَيَّرَهُ اللَّهُ بَيْنَ أَنْ يُؤْتِيَهُ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، وَهُوَ يَقُولُ فَدَيْنَاكَ بِآبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا. فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ هُوَ الْمُخَيَّرُ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ هُوَ أَعْلَمُنَا بِهِ “Sesungguhnya ada seorang hamba yang telah Allah tawari untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah.” Tiba-tiba Abu Bakar menangis lalu berkata, “Kami tebus anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami.” Kami menjadi heran kepadanya. Orang-orang berkata, “Perhatikanlah orang tua ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan tentang seorang hamba yang Allah tawari ia perhiasan dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu orang tua ini berkata, Kami tebus Anda dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kami’.” Dan ternyata hamba yang diminta memilih itu adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Dan Abu Bakar adalah orang yang paling memahami tentang beliau. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya manusia yang paling terpercaya di hadapanku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih selain Rabbku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam. Sungguh tidak ada satu pun pintu di dalam masjid yang tersisa melainkan akan tertutup kecuali pintunya Abu Bakar.” HR. Al-Bukhari No. 3904 Materi Khutbah Jumat Waspadalah Terhadap Kaum Perusak Agama Islam! Demikian halnya Nabi Musa alaihissalam yang juga memendam kerinduan yang dalam untuk bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala sebagaimana di terangkan dalam Al-Quran, وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ “Dan ketika Musa datang untuk munajat pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman langsung kepadanya, Musa berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah diri-Mu kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” Allah berfirman, “Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya sebagai sediakala niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan keagungan-Nya kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” QS. Al-A’raf 143 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata ketika mengomentari firman Allah Ta’ala, مَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ اللّٰهِ فَاِنَّ اَجَلَ اللّٰهِ لَاٰتٍ ۗوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ “Barang siapa mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah pasti datang. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” QS. Al-’Ankabut 5 Ayat ini merupakan penguatan bagi orang-orang yang memendam kerinduan untuk bertemu dengan Allah dan sebagai hiburan bagi mereka. Seakan dikatakan bahwa Allah mengetahui bahwa siapa yang mengharap perjumpaan dengan-Nya maka ia akan rindu kepada-Nya, kemudian Allah akan menetapkan ajal yang dekat baginya di mana ia akan datang tanpa ada yang menghalanginya karena setiap yang akan datang itu adalah dekat. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda dari hadits Ubadah bin Shamit, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ أَوْ بَعْضُ أَزْوَاجِهِ إِنَّا لَنَكْرَهُ الْمَوْتَ قَالَ لَيْسَ ذَاكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الْمَوْتُ بُشِّرَ بِرِضْوَانِ اللَّهِ وَكَرَامَتِهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ وَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَعُقُوبَتِهِ فَلَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ “Barang siapa Mencintai perjumpaan dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya, sebaliknya barang siapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan Aisyah atau sebagian istri beliau berkomentar, “Kami juga cemas terhadap kematian!” Nabi lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar, seorang mukmin jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar gembira dengan keridhaan Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apa pun yang lebih ia cintai daripada apa yang di hadapannya, sehingga ia mencintai berjumpa Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa kepadanya. Sebaliknya orang kafir jika kematian menjemputnya, ia diberi kabar buruk dengan siksa Allah dan hukuman-Nya, sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang di hadapannya, ia membenci berjumpa Allah, sehingga Allah pun membenci berjumpa dengannya.” HR. Al-Bukhari Sesungguhnya di antara bentuk azab Allah subhanahu wata’ala yang ditimpakan kepada para musuh-Nya adalah terhalang dari kebaikan akhirat. Dan di antara kebaikan itu adalah melihat wajah Allah, sebagaimana firman-Nya, كَلَّآ اِنَّهُمْ عَنْ رَّبِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ لَّمَحْجُوْبُوْنَۗ “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari melihat Rabbnya.” QS. Al-Muthaffifin 15 Dan nikmat terbesar yang akan Allah berikan kepada para wali-Nya adalah melihat wajah-Nya, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala, وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌ، اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ ۚ “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri, memandang Rabbnya.” QS. Al-Qiyamah 22-23 5 Amalan untuk Memupuk Rindu kepada Allah Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Maka daripada itu, di bulan yang sangat dimuliakan Allah, yakni bulan Sya’ban ini, marilah kita senantiasa memupuk kerinduan untuk berjumpa dengan Allah subhanahu wata’ala di akhirat kelak. Karena hal itu akan selalu mendorong kita untuk dekat dengan Allah, taat kepada-Nya dan selalu memohon ampunan kepada-Nya. Berikut ini adalah beberapa amal untuk memupuk kerinduan kepada Allah subhanahu wata’ala di bulan Sya’ban yang mulia ini. Pertama Mentafakuri tanda-tanda kebesaran Allah berupa alam semesta. Allah Ta’ala berfirman, اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ. الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Baca juga 5 Doa Rasulullah di Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” QS. Ali Imran 190-191 Kedua Meyakini dan mencintai semua syariat yang datang dari Allah. Allah Ta’ala berfirman, وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab pada hari Kiamat, bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya niscaya mereka menyesal.” QS. Al-Baqarah 165 Ketiga Membaca, mentadaburi, mempelajari makna dan mengamalkan Al-Quran اِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ يَهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا كَبِيْرًاۙ “Sungguh, Al-Quran ini memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” QS. Al-Isra’ 9 Keempat Memperbanyak zikir Allah subhanahu wata’ala berfirman, اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ “Bacalah Kitab Al-Quran yang telah diwahyukan kepadamu Muhammad dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan ketahuilah mengingat Allah salat itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Ankabut 45 Kelima Memperbanyak amal Saleh Allah subhanahu wata’ala berfirman, قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا “Katakanlah Muhammad, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” QS. Al-Kahf 110 Jamaah shalat Jumat rahimakumullah Demikian materi khutbah Jumat yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk dapat senantiasa memupuk kerinduan kepada perjumpaan dengan Allah di akhirat kelak pada bulan Sya’ban yang mulia ini. Amin أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. KHUTBAH KEDUA أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ Download PDF Materi Khutbah Jumat Memupuk Rindu Berjumpa dengan Allah di Bulan Sya’ban di sini DOWNLOAD PDF Semoga bermanfaat! Materi khutbah Jumat sebelumnya Bulan Sya’ban Pintu Gerbang Kemuliaan

Itulahseputar ayat-ayat Al-Quran dan hadits-hadits yang berkaitan dengan Ya'juj dan Ma'juj. Sebenarnya masih banyak lagi hadits-hadits yang membahas mengenai Ya'juj dan Ma'juj ini, namun kami cukupkan sampai di sini saja. Semoga tulisan ini menambah wawasan agama kita dan menambah kerinduan kita berjumpa dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Apa yang dimaksud dengan perjumpaan dengan Allah SWT liqa’ Allah? Mungkinkah manusia berjumpa dengan Allah?Apa dasar nya? Jika mungkin, apa dan bagaimana kiat seorang manusia bisa menjumpai-Nya? Apa dampak perjumpaan itu? Pertanyaan-pertanyaan ini bisa didekati dengan ilmul yaqin pengetahuan yang pasti, ainul yaqin penglihatan yang valid, dan haqqul yaqin keyakinan yang sempurna.Pendekatan ilmul yaqin ketika seseorang berusaha memahami secara konseptual apa dan bagaimana sesungguhnya konsep perjumpaan dengan Allah melalui metode ilmu pengetahuan biasa, yaitu mempelajari konsep seluk beluk, nama-nama, sifat-sifat, dan zat- Nya. Pendekatan ainul yaqin bukan lagi hanya pada tataran konsep, melainkan seseorang sudah menyaksikan bagaimana orang-orang yang sudah berusaha dan mungkin sudah mencapai perjumpaan dengan Tuhannya. Pendekatan haqqul yaqin terjadi saat seseorang tidak hanya me ngetahui secara konsep dan menyaksikan langsung seseorang yang sudah berhasil mencapai maqam liqa’ Allah, tetapi ia sendiri merasakan dan mengalami liqa’ Allah itu sendiri. Sudah barang tentu haqqul yaqin lebih mantap daripada ílmul yaqin atau ainul dengan Tuhan ialah suasana batin seorang hamba yang merasa sedekat-dekatnya dengan Tuhan, sehingga merasa tidak ada lagi jarak antara Tuhan yang disembah dan hamba yang menyembah. Suasana batin seperti ini membuat seorang hamba merasakan “kehadiran” Tuhan di benaknya. Perjumpaan Tuhan tidak bisa dibayangkan dalam bentuk indra, tetapi perjumpaan secara rohani. Seorang hamba yang sedang beribadah dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk seolah-olah melihat Tuhan, minimal diasumsikan Tuhan sedang melihatnya An ta’budallah ka annaka tarahu, wa in lam takun tarahu fainnahu yaraka.Kemungkinan perjumpaan an tara hamba dan Tuhannya diisyaratkan dalam beberapa ayat, antara lain, “Barangsiapa mengharap per jum paan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” QS al-Kahfi [18]10. Demikian pula dalam ayat, “Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah maka sesungguhnya waktu yang dijanjikan Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS al- ’Ankabuut [29]5.“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada- Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” QS al-Baqarah [2]186. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” QS Qaaf [50]16.“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di atas Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” QS al- Hadiid [57]4. “Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” QS al-Baqarah [2]37.Wujud perjumpaan dengan Tuhan sangat personal. Setiap orang mempunyai pengalaman spiritual masing-masing. Di antara pengalaman para sufi dalam berjumpa dengan Tuhannya, dikenal beberapa konsep sebagai ber ikut. Pertama, al-hulul yang diperkenalkan oleh Ibn Mansur al- Hallaj, yaitu Tuhan memilih tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di dalamnya, setelah sifatsifat kemanusiaan yang ada dalam tubuh itu dilenyapkan. Sifat-sifat kemanusiaan dapat dilenyapkan dengan upaya pembersihan diri secara bertahap atau sifat-sifat kemanusiaan sudah hilang, yang tinggal hanyalah unsur kedua yang dikenal dengan sifat-sifat ketuhanan lahut. Pada saat menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya, pada saat itu pula manusia akan fana’ dan Tuhan dapat mengambil tempat dalam diri yang bersangkutan. Di situlah roh manusia dan Tuhannya bersatu. Pengalaman seperti ini digambarkan dalam syair-syair sufi atau biasa disebut syuthuhat theopatical stammering sebagai berikut.“Jiwa-Mu disatukan dengan jiwa ku sebagaimana anggur disatukan dengan air suci. Dan jika ada sesuatu yang menyentuh Engkau, ia menyentuh aku pula dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah Aku.” Dalam syair lain dikatakan, “Aku adalah Dia yang kucintai dan Dia yang kucintai adalah aku. Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh, jika engkau lihat aku engkau lihat Dia. Dan jika engkau lihat Dia engkau lihat kami.”Kedua, al-ittihad yang dikembangkan oleh Abu Yazid al-Busthami, yaitu seseorang yang merasa dirinya betul-betul bersatu dengan Tuhan, sehingga yang dilihat dan dira sa kan hanya satu wujud. Identitas kemanusiaan sudah hilang dan yang tinggal hanya satu wu jud. Abu Yazid melukiskan pe nga lamannya dengan syair, “Aku bermimpi melihat Tuhan. Aku pun bertanya Tuhanku, apa jalannya untuk sampai kepada- Mu? Tuhan menjawab Tinggalkan dirimu dan datanglah.”Pada saat Abu Yazid meninggalkan dirinya, saat itulah merasakan penyatuannya dengan Tuhan. Jika menurut konsep hulul al-Hallaj diri seseorang tidak hancur dan tidak hilang, tetap dua wujud Tuhan dan manusia, tetapi bersatu dalam satu tubuh, menurut konsep Abu Yazid, diri seseorang hancur dan yang ada hanya diri Tuhan. Seseorang yang ingin berjumpa dengan Tuhannya dapat melakukan upaya yang disebutnya dengan mendaki taraqqi.Pada saat manusia melakukan pendakian, Tuhan akan “turun” tanazul hing ga terjadi pertemuan dan penyatuan antara keduanya. Pada saat penyatuan terjadi, keluarlah ungkapan-ungkapan “aneh” syuthuh at sebagaimana disebutkan di Dr Nasaruddin UmarGuru Besar Universitas Islam Negeri UIN Syarif HidayatullahWakil Menteri Agama RI BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini KEUTAMAANSHALAT MALAM DAN ANJURANNYA Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan di dalam al-Qur-an pada banyak ayat dan juga Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam banyak hadits tentang besarnya pahala yang diperoleh dari melaksanakan shalat malam. Bahkan, ketahuilah wahai pembaca yang budiman -sebelum kami memaparkan ayat-ayat dan hadits-hadits tersebut- bahwa shalat yang 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID p4HpGpCfOMt5X9-svNhKSmFvLsa4o4GKKlg9fZLVZYRQEsLCNP2XyA== Dan sungguh Kami (Allah) akan memberikan cobaan kepada kalian dengan sedikit dari rasa takut, kelaparan, berkurangnya harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang orang yang sabar" (QS. Al-Baqoroh: 155) Penjelasan tentang salah satu aqidah ahlus sunnah wal jama'ah, yaitu perjumpaan dengan Allah. Oleh H KarmanSetiap Muslim tentu ingin -setidaknya merasakan- bertemu dengan Allah SWT. Secara umum, orang Islam beranggapan, berjumpa dengan Allah SWT hanya bisa dilakukan melalui ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, berdoa, berzikir, sampai pergi ke tempat-tempat suci seperti Makkah untuk berhaji dan umrah. Tentu anggapan ini tidak salah, namun tidak seratus persen benar. Melakukan ibadah ritual saja tanpa berdampak pada akhlak sosial, ibadah tersebut tidak hanya sia-sia tidak bermakna tapi juga bisa mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya. Shalat yang tidak melahirkan kepedulian sosial disebut dalam Alquran sebagai shalat sahun lalai dan pengamalnya digelari sebagai pendusta agama. Shalat model begini alih-alih berpahala atau dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, malah yang ada ancaman kecelakaan neraka wail. Sebagaimana firman Allah SWT, “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka, celakalah bagi orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang yang berguna.” QS al-Maun 1-7.Dalam pandangan Islam, hubungan ibadah ritual dan akhlak sosial bagaikan ruh dan jasad pada diri manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, namanya bukan lagi manusia. Demikian juga hubungan ibadah ritual dengan akhlak sosial. Keduanya tidak boleh dipisahkan, tapi satu yang lain harus saling berhubungan. Shalat yang baik mesti melahirkan kesadaran zakat, infak, dan akhlak baik. Mengenai hal tersebut ditegaskan oleh Alquran, “Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat.” QS al-Baqarah 110. “.... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.” QS al-Ankabut 45.Pandangan Islam seperti di atas menyadarkan kita bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak hanya dapat dilakukan melalui shalat, doa, zikir, atau ibadah ritual lainnya. Tapi, dapat juga melalui pengkhidmatan pelayanan terhadap sesama manusia. Salah satu indikator kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT adalah mendapat pertolongan dari-Nya. Sabda Nabi SAW, “Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya.” HR Muslim.Bahkan, di dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa pengkhidmatan kepada sesama manusia tidak hanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekaligus sebagai upaya bertemu dengan Allah SWT. Ketika kita menjenguk orang sakit, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan hakikatnya kita sedang bertemu dengan Allah SWT sebab ia berada di sisi dan di tengah-tengah mereka. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman, “Wahai anak Adam! Aku sakit mengapa engkau tidak menjenguk-Ku, ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam. Allah berfirman Engkau tahu bahwa seorang hamba-Ku sakit di dunia, akan tetapi engkau tidak menjenguknya, seandainya engkau menjenguknya sungguh engkau akan dapati Aku di sisinya.”“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu, mengapa engkau tidak memberi-Ku? Orang itu berkata Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah berfirman Engkau mengetahui ada dari hamba-Ku yang kelaparan dan engkau tidak memberinya makan, sekiranya engkau memberinya makan, niscaya engkau dapati Aku di sisinya.'' ''Wahai anak Adam Aku meminta minum padamu sedang engkau enggan memberi-Ku minum. Ia berkata Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam? Allah menjawab Seseorang meminta minum padamu dan engkau tak memberinya, sekiranya engkau memberinya minum niscaya engkau dapati Aku di sisinya.” HR Muslim.Jadi, bertemu dengan Allah SWT tidak mesti melalui shalat dan zikir di tempat yang sepi saja, tapi juga dapat melalui pengkhidmatan terhadap sesama di tempat keramaian. Wallahu alam.

ImamAli a.s. menjawab, "Perjumpaan di sini bukan penyaksian dengan mata, akan tetapi perjumpaan di Hari Kiamat dan bangkitnya orang-orang dari kuburan. Oleh karena itu, pahamilah bahwa seluruh liqa' (perjumpaan) yang disebutkan dalam Alquran berarti kebangkitan." (Syaikh Shaduq, Al-Tauhid, hlm. 267).

Kamis, 24 Zulqaidah 1444 H / 10 Mei 2012 1250 wib views Oleh Badrul Tamam Al-Hamdulillah, segala piji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada hamba dan utusan-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Setiap mukmin wajib cinta kepada Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia juga wajib mengharapkan kecintaan dari-Nya. dan ini yang lebih penting. Dia juga wajib yakin, hari perjumpaan dengan-Nya pasti adanya. Yakni saat Allah memberikan balasan dari amal-amal perbuatan hamba-Nya sesudah mereka dibangkitkan dari kuburnya. Karenanya, ia senantiasa menyiapkan segala sesuatunya untuk perjumpaan tersebut. فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا "Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." QS. Al-Kahfi 110 Maksudnya Siapa yang berharap pahala dari Allah dan balasan baik saat berjumpa dengan Allah Ta'ala di akhriat, maka hendaknya ia beramal yang shalih, yaitu amal yang sesuai dengan syariat Allah. Syaratnya lagi, dalam beramal shalih tersebut ia hanya berharap wajah Allah Ta'ala semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Keduanya ini, menurut Ibnu Katsir, adalah rukun amal yang diterima. Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. lihat Tafsir Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat di atas. . . . Rukun amal yang diterima Amal tersebut haruslah ikhlas untuk Allah dan benar sesuai syariat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ibnu Katsir Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." HR. Al-Bukhari dan Muslim Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi hamba-hamba-Nya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah." Syarah Riyaad Al-Shalihin Maka diantara doa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ "Dan aku memohon kepadaMu keledzatan memandang wajahMu, dan kerinduan untuk berjumpa denganMu." HR An-Nasaai, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Namun sebaliknya, orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. Allah Ta'ala menerangkan orang-orang semacam ini dalam firman-Nya, إِنَّ الَّذِينَ لا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ "Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan tidak percaya akan pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." QS. Yunus 7 Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Firman Allah Ta'ala ini mengabarkan tentang keadaan orang-orang celaka, yaitu mereka yang kufur ingkar terhadap perjumpaan dengan Allah pada hari kiamat. Tidak berharap apapun dalam perjumpaan itu. Mereka puas dengan kehidupan dunia ini dan jiwa mereka merasa tentram terhadapnya." Mereka itu adalah orang-orang yang tidak berharap perjumpaan dengan Allah, bahkan berpaling darinya dan boleh jadi sampai mendustakannya. Mereka puas dengan dunia sebagai ganti dari akhirat. Cenderung kepada dunia dan menjadikannya sebagai tujuan hidupnya dan puncak dari cita-citanya. Mereka mengusahakan apa saja untuk memperolehnya dan mati-matian untuk merengguh kenikmatan dan kesenangannya dengan cara apapun. Mereka curahkan segala obsesi, niat, pikiran dan tenaga untuknya. Seolah-olah mereka diciptakan untuk kekal di dalamnya. Seolah-olah dunia bukan tempat berlalu yang dijadikan tempat berbekal oleh para pemudik kepada negeri kekekalan. diringkaskan dari Tafsir Taisir al-Karim al-Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'diy . . . orang yang lalai dari akhirat dan tidak berharap pahala Allah saat perjumpaan dengan-Nya, ia disibukan dengan dunia dan puas dengannya, maka Allah juga tidak suka berjumpa dengannya, tidak sudi memberikan ampunan dan rahmat kepadanya. . . Nasib masing-masing golongan tersebut sudah dapat dirasakan saat mereka menghadapi kematian. Orang-orang beriman yang yakin dan berharap perjumpaan dengan Allah akan menghadapi kematian dengan kebahagiaan karena mendapat kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, kemuliaan, dan surga Allah sesudah kematian. Sebaliknya, orang-orang kafir terhadap hari perjumpaan tersebut akan mendapat kabar buruk dengan murka dan siksa Allah yang dahsyat sehingga ia sangat benci dengan kematian karena mengetahui apa yang akan diperolehnya sesudah kematian. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. Dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." Kemudian Aisyah menuturkan "Aku bertanya Wahai Nabi Allah, apakah itu maksudnya juga benci kematian, padahal setiap kita membenci kematian? Lalu beliau menjawab, "Bukan seperti itu maksudnya. Tetapi seorang mukmin apabila menghadapi kematian ia diberi kebar gembira dengan rahmat Allah, keridhaan, dan surga-Nya sehingga ia suka berjumpa dengan Allah lalu Allah suka berjumpa dengannya. Dan sesungguhnya orang kafir apabila menghadapi kematian ia diberi kebar gembira dengan siksa Allah dan kemurkaan-Nya maka Allah ia benci berjumpa dengan allah dan Allah pun benci berjumpa dengannya"." HR. Al-Bukhari dan Muslim Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam saat menghadapi kematian mengatakan, "Ya Allah aku memilih teman tertinggi." Menurut penuturan Aisyah, saat itu Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sedang diberi pilihan antara tetap hidup di dunia atau meninggal dan berjumpa dengan Allah. Kemudian beliau memilih kematian karena mengutamakan akhirat daripada dunia. Lalu Al-Hafid Ibnul Hajar mengomentari, "Maka selayaknya meniru beliau dalam hal itu." Yakni menjadikan akhirat sebagai tujuan hidup dan lebih mengutamakannya atas dunia. Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/ Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita! +Pasang iklan Gamis Syari Murah Terbaru Original FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai. Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas? Di sini Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan > jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub 0857-1024-0471 Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller NABAWI HERBA Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon 60%. Pembelian bisa campur produk > jenis produk.

Danapabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, "Kami beriman," dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, "Matilah kamu karena kemarahanmu itu." Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (119) Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Setelah bertemu dengan rasul-rasul yang mulia, Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan agungnya menuju perjumpaan dengan penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentu kondisi perjalanan ini tak terbayang di akal manusia. Bayangkan! Bagaimana degup jantung seseorang kala hendak berjumpa kepala negara atau seorang raja? Apalagi berjumpa dengan raja diraja, penguasa alam semesta, Allah Subhanahu wa Ta’ala. Renungkan sejenak, bagaimana kiranya keadaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala Jibril mengabarkan tiba saatnya menghadap Rabbul Izzati wal Jalal? Lalu dalam pertemuan ini, apakah Rasulullah melihat Allah Ta’ala? Mari kita baca cuplikan kisahnya berikut ini. Pertemuan Dengan Allah Azza wa Jalla Setelah menyebutkan tentang Sidratul Muntaha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membacakan ayat, فَأَوْحَى اللهُ إِلَيَّ مَا أَوْحَى “Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya Muhammad apa yang telah Allah wahyukan.” [Quran An-Najm 10] Kemudian disebutkan tentang kisah diwajibkan shalat. Imam al-Bukhari mengatakan, وقال البخاري حدثنا عبد العزيز بن عبد الله، حدثني سليمان، عن شريك بن عبد الله أنه قال سمعت أنس بن مالك رضي الله عنه يقول “حَتَّى جَاءَ بِهِ سِدْرَةَ الْمُنْتَهَى، وَدَنَا الْجَبَّارُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَتَدَلَّى، حَتَّى كَانَ مِنْهُ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى، فَأَوْحَى إِلَيْهِ مَا شَاءَ فِيمَا أَوْحَى خَمْسِينَ صَلاَةً عَلَى أُمَّتِهِ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ..” . “Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepadaku dari Sulaiman dari Syarik bin Abdullah bahwa ia berkata, Aku mendengar Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata, Saat Nabi dihantarkan ke Sidratul Muntaha, Allah Yang Maha Perkasa Tabaraka wa Ta’ala mendekat. Sehingga Dia menjadi dekat dengannya. Sampai-sampai jarak Nabi dengan-Nya sejarak dua ujung busur panah bahkan lebih dekat lagi. Allah memberikan wahyu yang dikehendaki-Nya. Antara lain ialah, Dia wajibkan lima puluh kali shalat setiap siang dan malam hari atas umatnya’.” HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tauhid, 7079. Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, وَقَدْ أَخْرَجَ الأُمَوِيُّ فِي مَغَازِيهِ، وَمِنْ طَرِيقِهِ الْبَيْهَقِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنِ ابن عباس فِي قَوْلِهِ تَعَالَى {وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى} [النجم 13]، قَالَ “دَنَا مِنْهُ رَبُّهُ”. وَهَذَا سَنَدٌ حَسَنٌ، وَهُوَ شَاهِدٌ قَوِيٌّ لِرِوَايَةِ شَرِيكٍ “Dikeluarkan oleh al-Umawi dalam Maghazinya dari jalan al-Baihaqi. Dari Muhammad bin Amr, dari Abi Salamah, dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan firman Allah Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain’. [Quran An-Najm 13]. Ibnu Abbas berkata, Rabbnya mendekat kepadanya’. Sanad ini hasan. Dan ia menjadi poin penguat dari riwayat Syarik. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 13/484. Sebagian ulama tidak sependapat dengan riwayat وَدَنَا الْجَبَّارُ “Allah al-Jabbar mendekat.” Mereka yang tidak sepakat di antaranya Abu Sulaiman al-Khattabi dan Ibnu Hazm. Mereka menuduh Syarik bin Abdullah keliru dalam haditsnya. Padahal Syarik adalah perawi yang terpercaya. Bahkan mereka lebih jauh lagi, mereka kritik Anas bin Malik, al-Bukhari, dikarenakan mereka ingin mensucikan Allah dari sifat mendekat, sampai kedekatan tersebut seperti dua ujung busur. Tentu kita katakan, Allah Ta’ala melakukan apa yang Dia kehendaki. Akal kita yang terbatas tidak mampu menalarnya. Pemahaman kita yang lemah tidak mampu membayangkannya. Tidak mungkin kita bisa memahami yang terjadi itu seperti apa. Allah Ta’ala mengabarkan apa yang Dia lakukan lewat kitab-Nya dan penjelasan Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Kewajiban kita adalah menerimanya. Bukan menanyakan bagaimananya. Atau memisalkannya. Dan kita tidak boleh menolak kabar tersebut. Tentang Allah mendekat yang disebutkan dalam hadits, sebenarnya masalah ini bukan sesuatu yang aneh dan asing. Karena banyak hadits-hadits lain yang menceritakan tentang keadaan yang mirip. Seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ.. “Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam. Di waktu tersisa sepertiga malam akhir…” HR. al-Bukhari 1094. Juga dalam riwayat al-Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjelaskan tentang keadaan orang-orang beriman pada hari kiamat. فَيَأْتِيهِمُ اللهُ فِي الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ، فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ. فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا. فَيَتْبَعُونَهُ.. “Allah kelak akan mendatangi orang-orang beriman dalam wajah yang mereka kenali. Allah berfirman, Aku adalah Rabb kalian’. Mereka menjawab, Engkau Rabb kami’. Kemudian mereka mengikuti-Nya.” Sikap kita terhadap hadits “Allah mendekat…” sama seperti menyikapi hadits-hadits ini. Menerimanya tanpa menolak. Tidak membagaimanakannya. Dan tidak memisalkannya. Tidak bertanya, Bagaimana Allah turun ke langit dunia? Bagaimana Dia datang? Bagaimana orang-orang beriman mengikutinya? Karena akal kita tidak akan mampu menjangkaunya. Perjalanan Luar Biasa Perjalanan yang dialami Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ini adalah kesempatan satu-satunya yang terjadi pada hidup beliau. Perjalanan tanpa didampingi Malaikat Jibril alaihissalam. Jarak dan tingkatan yang beliau capai, tak pernah dicapai oleh satu makhluk pun. Baik dari kalangan malaikat maupun manusia. Dimana pertemuan ini terjadi? Allahu a’lam. Apakah di langit ketujuh? Allahu a’lam. Tidak ada dalil yang menjelaskan hal tersebut. Sehingga kewajiban kita hanyalah menerima. Tidak menerka-nerka. Membayangkan firman Allah ini saja kita tak sanggup وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ “Kursi Allah meliputi langit dan bumi.” [Quran Al-Baqarah 255] Diriwayatkan dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ فِي أَرْضٍ فَلاَةٍ، وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ تِلْكَ الْفَلاَةِ عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ “Tidaklah tujuh langit dibandingkan kursi Allah kecuali seperti cincin yang dilemparkan di tanah lapang, dan besarnya Arasy dibandingkan kursi adalah seperti tanah lapang dibandingkan dengan cincin.” HR. Ibnu Hibban 361, al-Baihaqi Bab al-Asma wa ash-Shifat 2/300, Jami’ al-Bayan 5/399, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, 109. Apakah Nabi Muhammad Melihat Allah? Ada perbedaan pandangan ulama dalam permasalahan ini. Namun pendapat yang benar adalah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melihat Allah. Pendapat ini berdasarkan hadits riwayat al-Bukhari dari Masruq. Masruq bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anhu. يَا أُمَّتَاهْ؛ هَلْ رَأَى مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم رَبَّهُ؟ فَقَالَتْ لَقَدْ قَفَّ شَعَرِي مِمَّا قُلْتَ، أَيْنَ أَنْتَ مِنْ ثَلاَثٍ؛ مَنْ حَدَّثَكَهُنَّ فَقَدْ كَذَبَ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ. ثُمَّ قَرَأَتْ {لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الخَبِيرُ} [الأنعام 103]، {وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ} [الشورى 51]. وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَدْ كَذَبَ. ثُمَّ قَرَأَتْ {وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا} [لقمان 34]. وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ كَتَمَ فَقَدْ كَذَبَ. ثُمَّ قَرَأَتْ {يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ} [المائدة 67] الآيَةَ؛ وَلَكِنَّهُ “رَأَى جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ فِي صُورَتِهِ مَرَّتَيْنِ “Wahai Ibu, apakah benar Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Rabbnya?” Aisyah menjawab, “Sungguh buluku berdiri merinding dengan apa yang kau tanyakan. Tiga perkara, yang barang siapa mengatakannya kepadamu, maka sungguh ia telah berdusta. 1 Siapa mengatakan padamu bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Rabbnya, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Al An’am 103. Dan tidak mungkin bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir. As Syura 51. 2 Siapa yang mengatakan padamu bahwa beliau mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok. Luqman 34. Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa beliau menyembunyikan sesuatu, ia telah berdusta. Lalu Aisyah membaca ayat; Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Al Maidah; 67. Hanya saja beliau pernah melihat wujud asli Jibril dua kali.” HR. al-Bukhari dalam Kitab at-Tafsir, 4574. Dalam riwayat Muslim وعند مسلم عَنْ مَسْرُوقٍ، قَالَ كُنْتُ مُتَّكِئًا عِنْدَ عَائِشَةَ، فَقَالَتْ يَا أَبَا عَائِشَةَ، ثَلاَثٌ مَنْ تَكَلَّمَ بِوَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ. قُلْتُ مَا هُنَّ؟ قَالَتْ مَنْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ. قَالَ وَكُنْتُ مُتَّكِئًا فَجَلَسْتُ، فَقُلْتُ يَا أُمَّ المُؤْمِنِينَ، أَنْظِرِينِي، وَلاَ تُعْجِلِينِي؛ أَلَمْ يَقُلِ اللهُ عز وجل {وَلَقَدْ رَآهُ بِالأُفُقِ الْمُبِينِ} [التكوير 23]، {وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى} [النجم 13]؟ فَقَالَتْ أَنَا أَوَّلُ هَذِهِ الأُمَّةِ سَأَلَ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ “إِنَّمَا هُوَ جِبْرِيلُ، لَمْ أَرَهُ عَلَى صُورَتِهِ الَّتِي خُلِقَ عَلَيْهَا غَيْرَ هَاتَيْنِ الْمَرَّتَيْنِ، رَأَيْتُهُ مُنْهَبِطًا مِنَ السَّمَاءِ سَادًّا عِظَمُ خَلْقِهِ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الأَرْضِ”. فَقَالَتْ أَوَ لَمْ تَسْمَعْ أَنَّ اللهَ يَقُولُ {لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ} [الأنعام 103]؟! أَوَ لَمْ تَسْمَعْ أَنَّ اللهَ يَقُولُ {وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ} [الشورى 51]؟، قَالَتْ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَتَمَ شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللهِ، فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ، وَاللهُ يَقُولُ {يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ} [المائدة 67]، قَالَتْ وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِي غَدٍ، فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ، وَاللهُ يَقُولُ {قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ} [النمل 65] [12]. وأوضح من ذلك ما رواه مسلم عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ؟ قَالَ “نُورٌ أَنَّى أَرَاهُ” [13]. Dari Masruq rahimahullah, ia berkata, “Dulu aku berada di sisi Aisyah.” Aisyah mengatakan, “Hai Abu Aisyah, ada tiga hal yang kalau salah seorang dari mereka menbicarakan salah satunya saja dari yang tiga itu, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besat terhadap Allah.” Aku Masruq mengatakan, Apa itu? Kata Aisyah, “Barangsiapa yang mengira bahwa Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat Tuhannya, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah.” Masruq berkata, “Tadinya aku bersandar, lalu aku duduk dan mengatakan, “Wahai Ummul Mukminin, sebentar, jangan terburu-buru. Bukankah dengan firman Allah Azza wa Jalla “Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang.” Qs. At Takwir 8123 “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihatnya Jibril itu dalam rupanya yang asli pada waktu yang lain”. Qs. An Najm 5313. Lalu Aisyah mengatakan, “Aku adalah yang pertama kali dari umat ini bertanya tentang ayat itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda Sesungguhnya ia adalah Jibril, yang belum pernah aku melihatnya dengan wujud aslinya sebagaimana ia diciptakan kecuali hanya dua kali itu saja. Aku melihatnya turun dari langit, keagungan penciptaannya meliputi antara langit dan bumi sangat indah sekali.” Aisyah berkata, “Apakah belum engkau dengar bahwa Allah berfirman, “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. Qs. Al An’aam 6103, Apakah belum juga engkau dengar bahwa Allah berfirman, “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan malaikat lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana” Qs. Asy Syuuraa 4251. Kata Aisyah, Barangsiapa mengira bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari Kitab Allah Alquran, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah, Allah berfirman, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanah-Nya”. Qs. Al Maa-idah 567.” Ia berkata lagi, “Dan barangsiapa yang mengira bahwa Muhammad dapat memberitahukan tentang apa yang terjadi besok, maka sesungguhnya ia telah mengadakan dusta yang paling besar terhadap Allah, dan Allah berfirman, “Katakanlah “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah”, Qs. An Naml 2765.” HR. Muslim no. 259. Dalam riwayat Muslim dari Abdullah bin Syaqiq, aku bertanya kepada Abu Dzar لَوْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسَأَلْتُهُ. فَقَالَ عَنْ أَيِّ شَيْءٍ كُنْتَ تَسْأَلُهُ؟ قَالَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ هَلْ رَأَيْتَ رَبُّكَ؟ قَالَ أَبُوْ ذَرٍّ قَدْ سَأَلْتُ فَقَالَ رَأَيْتُ نُوْرًا. رواه مسلم “Kalau aku sempat bertemu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sungguh aku akan bertanya. Abu Dzar balik bertanya, “Apa yang akan kau tanyakan?” Aku akan bertanya, “Apakah beliau melihat Rabbnya?” Abu Dzar pun berkata, “Sungguh aku telah bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam. Beliau menjawab, Aku melihat cahaya’.” HR. Muslim dalam Kitab al-Iman, 178. Dengan demikian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat cahaya. Cahaya itu menghalangi pandangan beliau dari Allah Azza wa Jalla. Tapi, beliau mendengar firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah bicarakan kepada beliau? Allah memberi beliau wahyu tentang kewajiban shalat. Sumber – Oleh Nurfitri Hadi nfhadi07 Artikel KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28 9NoTd.
  • 4lj1btcizc.pages.dev/198
  • 4lj1btcizc.pages.dev/378
  • 4lj1btcizc.pages.dev/124
  • 4lj1btcizc.pages.dev/416
  • 4lj1btcizc.pages.dev/259
  • 4lj1btcizc.pages.dev/117
  • 4lj1btcizc.pages.dev/48
  • 4lj1btcizc.pages.dev/112
  • ayat tentang berjumpa dengan allah